Taman Saqifah Bani Saidah Saksi Sejarah Islam! Kok Bisa?

Taman Saqifah Bani Saidah, menjadi saksi bisu pemilihan Abu Bakar sebagai khalifah pertama islam. Ungkap sejarahnya yang jarang diketahui!

Gambar 1 : Taman Saqifah Bani Saidah Saksi Pemilihan Khalifah Pertama Islam

Pernah dengar tentang Taman Saqifah Bani Saidah? Sekilas terlihat seperti taman biasa, tapi siapa sangka tempat ini menyimpan jejak sejarah penting umat Islam! Di sinilah peristiwa bersejarah pemilihan Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama berlangsung.

Dilansir dari laman resmi Kemenag, Taman seluas dua kali lapangan futsal itu kini dikelilingi pagar besi setinggi 2,5 meter bercat hitam dan putih. Jika sahabat melihat peta, jaraknya hanya sekitar 300 meter dari pintu King Saud Masjid Nabawi, Madinah.

Taman berpagar setinggi dua anak-anak ini dipenuhi berbagai tanaman, namun pohon kurma yang menjulang tinggi menjadi dominasi utama. Yuk, kita telusuri lebih dalam kisah menarik di balik taman yang jadi saksi bisu lahirnya kepemimpinan pasca wafatnya Rasulullah ﷺ ini!

Saqifah Bani Saidah

Sahabat, tahukah bahwa 1432 tahun silam, tepatnya setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ, para sahabat dari golongan Anshar berkumpul di sebuah tempat bernama Saqifah Bani Saidah? Awalnya, tujuan mereka sederhana hanya memilih pemimpin lokal untuk Kota Madinah. Namun, suasana berubah ketika beberapa sahabat dari golongan Muhajirin ikut hadir.

Obrolan pun mengarah pada siapa yang layak memimpin umat Islam secara keseluruhan, bukan sekadar wilayah Yatsrib (nama lain dari Madinah) saja. Dari sinilah, dimulailah diskusi panjang yang akhirnya mengantarkan Abu Bakar Ash-Shiddiq menjadi khalifah pertama umat Islam, melalui kesepakatan mayoritas yang hadir saat itu.

Jejak Sejarah di Taman Saqifah Baidah

Dulunya, Saqifah Bani Saidah adalah bangunan beratap milik kabilah Bani Saidah dari suku Khazraj, salah satu kabilah besar di Madinah.

Tempat ini dulunya digunakan sebagai ruang pertemuan oleh kaum Anshar. Letaknya berada di barat daya kediaman Rasulullah ﷺ, dan saat itu sekelilingnya masih berupa lahan terbuka, bahkan ada sumur milik Bani Saidah di dekatnya.

Gambar 2 : Sejarah Taman Saqifah Bani Saidah

Namun kini, tempat yang menyimpan sejarah besar ini berubah wujud menjadi taman yang berpagar. Taman seluas dua kali lapangan futsal tersebut dikelilingi pagar besi hitam-putih setinggi 2,5 meter. Jaraknya pun sangat dekat dari Masjid Nabawi, hanya sekitar 300 meter dari pintu King Saud.

Pohon kurma menjulang tinggi mendominasi taman yang kini lebih banyak terkunci daripada terbuka untuk umum.

Baca Juga : Kenapa Pesawat Tidak Melintas di Atas Kakbah? Ini Faktanya!

Saksi Pemilihan Khalifah Pertama

Momen di Saqifah Bani Saidah ini sering disebut dalam buku-buku sejarah Islam sebagai titik awal sistem kepemimpinan umat pasca wafatnya Rasulullah ﷺ. Menurut pakar sejarah Islam, Nasrullah Jasam, sebenarnya kaum Anshar telah siap membaiat tokoh mereka sendiri, yaitu Sa’ad bin Ubadah.

Namun, diskusi yang hangat berubah arah saat sahabat Umar bin Khattab mengusulkan nama Abu Bakar. Bahkan sempat muncul perbedaan pandangan antara kalangan Anshar dan Muhajirin.

Kelompok Anshar berkata, “minna amirun wa minkum amirun”—kami punya pemimpin sendiri, kalian pun begitu. Tapi sahabat Umar menanggapi bijak, “minna amirun wa minkum wuzara”—pemimpin dari kami, kalian para menterinya. Ucapan ini menggugah hati mereka.

Umar pun menunjukkan keteladanannya dengan berkata, “Bagaimana mungkin aku menjadi pemimpin umat yang di dalamnya ada Abu Bakar,” lalu ia membaiat Abu Bakar dengan penuh kerendahan hati. Momen ini menjadi pelajaran penting bahwa persatuan umat harus diutamakan.

Gambar 3 : Abu Bakar Sebagai Khalifah Pertama

Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar, tapi keputusan bersama harus dijaga demi kebaikan umat.

Peristiwa di Saqifah Bani Saidah bukan sekadar bagian dari sejarah, tapi cerminan bagaimana para sahabat Rasulullah ﷺ begitu bijak dan tulus dalam memilih pemimpin demi keberlangsungan umat.

Baca Juga : Keren! Madinah Termasuk Destinasi Wisata Terbaik di Dunia!

Dari sini sahabat bisa belajar, bahwa kepemimpinan bukan tentang ambisi, melainkan tentang amanah dan pengabdian. Semoga jejak sejarah ini bisa menjadi cermin bagi kita semua, terutama menjelang momen-momen penting seperti pemilihan pemimpin di masa kini.

Karena sejatinya, pemimpin yang baik adalah mereka yang dipilih bukan karena ingin berkuasa, tapi karena dinilai paling mampu membawa kebaikan bagi umat.

Share your love

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *